Sabtu, 20 September 2014

Bunyi?



Pendar
Satuan kosmik yang tak tertahankan
Berhamburan semerbak pelangi di sore hari
Rekah ke setiap penjuru
Mati begitu menjauh
Getar
Timbunan frekuensi sarat gerak
Pecahkan kisah kasih kasat mata
Jadikan segalanya atom tak sempurna
Bersatu bersama unsur langka
Tak tau mau jadi apa
Yang penting ada
Resonansi menyuarakan berbeda
Aneka kritik atas hak asasi timbul kembali
Dengan mudah tidur di pangkuan ibu Pertiwi
Sama saja seperti si Reformasi
Iba air mata menjadi harga mati
Keris masih ada di tempat sembunyi
Takut nanti semua mati
Takut nanti semua tak berekspresi
Waktu itu sunyi tertidur di balik ketiak bunyi
Disekap, dia terlalu banyak beraksi
Dikurung, dia terlalu banyak bermanipulasi
Kini bunyi tak lagi berpendar ataupun bergetar
Jiwanya bebas liar
Meski raganya memar-memar
Dia tak peduli sekalipun jadi memoir
Saat itu aku tersadar
Saat lagu ajal dikumandangkan
Bersama bunyi yang telah menyebar
Menyuarakan perihal yang LUAR BIASA
Menyuarakan perihal KEBEBASAN
Di masa depan yang SURAM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar